Sunday, January 13, 2008

Panglima Wanita di Kurusetra



Sia-sia duka-derita
Meratapi yang tiada

MARKAS RANDUGUMBALA, AMARTA.--Pasukan Multinasional Wirata tumpas-kandas di neraka Kurusetra. Matswapati, Presiden Wirata, geram-dendam! Tapi apa daya, ia jago tua. Demi jaga wibawa, ia gegas-bablas menuju markas. Pandawa sedang mengadakan rapat-kilat.

DARMAKUSUMA: Para Pembesar Pandawa--kita perlu menyusun strategi dan mengangkat panglima baru demi menandingi pasukan Multimodern Kurawa yang dipimpin Jendral Bisma. Begitu kan, Jendral Kresna?

KRESNA: Benar! Kiranya tiada yang mampu menggempur-hancur Jendral Bisma kecuali Kolonel Srikandi. Kelemahan panglima itu ada di tangan wanita. Nah, apakah Jendral Arjuna tak keberatan?

ARJUNA: Tidak! Tapi apa tak salah-angkat? Amarta masih banyak memiliki perwira tinggi. Kenapa memilih wanita untuk menjabat panglima?

KRESNA: Memang, Jendral Arjuna--tapi kita perlu cara lain. Amarta kalah karena terlalu mengandalkan strategi dan teknologi tempur. Padahal strategi dan teknologi tempur Jendral Bisma jauh lebih tangguh-ampuh tanpa kelemahan sama sekali. Satu-satunya cara untuk menemukan kelemahan Jendral Bisma hanyalah dengan meneliti biografinya, teristimewa dalam "Kisah Dewi Amba". Di situlah terletak tragic aspect manusia Bisma. Dan wanita lebih mampu menguasai kekuatan makna-batin kisah itu.

BIMA: Waaah, gak nalar! Mana bisa sastra dijadikan tandingan teori-strategi perang!

NAKULA: Kenapa tidak? Jika diambil secara tepat dan jitu, inspirasi bisa lebih hebat-dahsyat daripada teori maupun strategi.

SADEWA: Mungkin! Lagipula negeri ini anti diskriminasi. Divisi Sawojajar setuju terhadap pengangkatan panglima wanita.

BIMA: Baik! Divisi Jodipati juga setuju!

DARMAKUSUMA: Saya harap permusyawaratan mencapai mufakat-bulat. Sebab tanpa kemufakatan, mana bisa terlaksana kesatuan tindakan. Dan bagaimana menurut Ki Lurah Semar?

"Sip, Mo. Usulkan aku jadi panglima."
"Huh, sok aje lu, Kang!"
"Demi bela-bakti lho, Truk."
"Bela-bakti atau pangkat?"
"Jadi hansip aja gak becus!"
"Sok pahlawan!"
"Sssh, usah ribut, Le!"
"Ya, Mo!"

SEMAR: Matur nuwun, saya percaya pada kebijakan-kebajikan para pemimpin. Ya, monggo kerso sajalah.

"Payah! Gak nyuaraken nurani rakyat."
"Sst! Loyalitas, Kang!"
(Zzzz!)
"Eh, suara apa, Truk?"
"Bagong ngorok--"
"Dwasar!"
"Diam, Le!"

DARMAKUSUMA: Terima kasih, Ki Lurah. Baiklah, tampaknya kita sepakat untuk mengangkat Kolonel Srikandi menjabat panglima. Dan rapat selesai.

(Tok! Tok! Tok!)

"Excuse me, Sir. Can you tell me about--"
"No! Scat!"
"Op de rekord, Mistuh!"
"Siapa sih, Gong?"
"Isuis-luar, nyasar!"
"He-he, yo-ah ke garis depan!"
(Kriiing… klek!)--"Hello, siapa?… O, Mas Gatot… Di sini Sri! Ada berita penting?… Oke, Brigade Jane d'Ark Madukara siap menuju Kurusetra!… Ya, Merdeka!"--(Klek!)

Mabuk, usah sibuk
Mabuk, usah sibuk
Mabuk, usah sibuk

MARKAS BULUPITU, ASTINA.--Kurawa berpestaria merayakan kemenangannya. Minum-minum sampai ambruk-mabuk! Anak muda bilang: "Teller!" Melihat anak-buahnya jatuh-disiplin begitu rupa, Jendral Bisma kecewa-berat. Memang, kemenangan bisa memabukkan!

"O ciu kehidupan!"
(Gluk! Gluk!)--"Aahh…."
"Vodka. O dansa Mazurka!"
(Pluf!)--"Minum, Dur! Selamat--" (Ting!)
"O Mbodrooo-mBodro, sini, Yang… esok Arjuna kan kupanggang! K-kau k-kan k-kuberi s-suaka… hooeekh!"

CITRAYUDA: Huh! Mabuk-kampungan!

DURSASANA: Lempar aja ke got, biar minum comberan!

DURMAGATI: Eh, zangan--kazihan! Kazih racun aza zekaliguz biar mampuz!

"Oh, Rukma, k-kau m-mati? B-biarlah, k-kau pahlawan yang ter--"
"Konyol!"

Jendral Bisma keluar dari markas. Ia tak tahan melihat kondisi pasukan! Apa artinya kemutakhiran strategi dan teknologi perang jika para serdadu jatuh-lumpuh mati-disiplin? Sia-sia!

"Ada apa, Pral?"
"Lapor! Pandawa memberi upeti wanita!"
"Lho! Aziiik!"
"Cihuy, yuk ah ke Kurusetra!"
(Prok! Prok! Prok!)--"Hey Dur, Cit, Karta! Ayo ke front!"

BISMA: Hai pasukan! Buang botol-botol setan itu! Pandawa menyerbu!

"S-siaaap!"

BISMA: Apa boleh buat! Pasukan-mabuk ini terpaksa kugiring ke medan tempur.

Mabuk-tempur!
Babak-belur!

Do not weep
War is kind

"Gue mau liat perang, Tante."
"Jangan, Sanjaya! Entar kena rudal nyasar!"
"Enggak, Tante Kunti--ada kelir Anti Nuklir."
"Ngaco! Papi marah lho!"
"Biarin, yo-ah, Tante."
"Widura! Widura! Anakmu nekat minggat ke Kurusetra!"
"Biar, Mbakyu. Siapa tau jadi wartawan perang?"

KURUSETRA.--Pinggiran!

"Nonton di sini aja."
"Iya deh!"

Tam-tratamtam-tam-tam!
Bass drum berdentam!

"Hidup Bisma! Hidup Kurawa!"
"Hinup Ngurawa! Ngemarin angu mengang naruhan nerong-- hinup Muna Nerong!"
"Gong, kepruk-remuk aja tuh botoh Kurawa!"
"Plintheng ae, Truk!"
"Ini batunya."
(Cpret!)--"Hinup--(Plethak!)--anuh! Menyut ngunulngu!"
"He-he-he…!"
"Rokok-rokok, premen Menthos, tisu Getsby! Tisu, Oom--anti-hamil?"
"Gak gah!"
"Ese es! Es berasap!"
"Koran-koran! Berita panas--KURUSERTA MEMBARA. Tempur konyol di Kurusetra, ya, koran-koran!"
"Teloor, telor manis!"
(Jreng!)--"Ya, Sodara-sodara, met jumpa dan izinkanlah menghibur Anda!"--(Jreng!)
"Maaas, paring kula nyuwun, eMaaas!"--(Klotrak!)
(Cplek!)--"Sip! Gue jagoin Pandawa! Apa taruhannya?"
"Bojoku!"
"Ngapain! Tuwek-jelek!"
"Ngece-kere!"
(Tet-treteeet!)
"Ngentut, Oom?"
"Terompet bego!"
"Brengsek! Pindah ah!"
"Jeile itu barisan cewek--mau perang apa renang?"
"Sst! Tempur di kasur!"
"Hush! Ngawur!"

Dalam pada itu Brigade Jane d'Ark Madukara menjebol-ambrol pasukan Kurawa. Dan konyolnya, serdadu Kurawa menyambut serangan itu persis seperti sama istri.

"O, come, Darling!"
"Darling-darling nje--(Dor!)--gundulmu!"
"Eladalah! Teja-teja sulaksana, tejanira wong anyar katon, ing wingking pundi pinoko, ing ngajeng--"
(Dor!)--"Kesuwen!"
"Habisin aja, Non! Perang kok pake basa-basi kuno!"

SRIKANDI: Bisma, terimalah saat-tepat buat tamat riwayat!

"Awal, Jendral!"--(Dor!)

BISMA: Aaakkkhhh!

"Hooorrreee! Bisma gugur!"
"Hidup Panglima Wanita!"


Ki Harsono Siswocarito
Semarang, 31 Januari-6 Februari 1990

No comments: