Friday, February 8, 2008

Candabirawa: Perang Robot




Candabirawa karya akbar
Mahacendekiawan raksasa
Budaya abad Biorobotika


FUTURE SHOW--Buku pakem pewayangan masadepan mulai ditayangkan oleh ki dalangmaya. Berbeda dari Future Shock karya Alvin Toffler, Future Show adalah karya eksperimentasi rekacipta dialektis dari ilmu dan ngelmu. Bentuk kemanunggalan dialektis dari rasio dan rasa: harmoni budaya Barat dan Timur. Memang, ki dalang bukan futurolog, tapi futuris perambah dimensi en avant vu. --"Nah, inilah gaya pencitraan + penceritaan + pencaturan Ki Harsono Siswocarito dalam kilas pentas masadepan."--Lihatlah:

Kelir hitam
Tabir malam

"Move!"
(Clap!)--"Awas!"
(Dor!)--"Aauukkhh!"
"Hmh, maju!"
"Tembak!"
(Klik!)--"Sial! Habis!"
Bunyi lenyap
Sunyi senyap

(Wut! Jleg!)--"Hati-hati! Awasi garis depan!"
"Siap!"--(Wuz! Leb!)--"Aman!"
"Laser, Let!"
"Siap!"
"Sabot kabel fiber optic ini--cepat!"
(Zzsstz!)--"Beres!"

NAKULA: Nah, putus sudah saluran informasi Mabes Bulupitu dengan Lab Biorobotika di Mandraka. Ayo kita sergap Jendral Salya!"

SADEWA: Tunggu, Kapten Nakula--gemana dengan intelsat Astina?

NAKULA: Lho, apa kau lupa, Letkol Sadewa? Pangkalan militer angkasa luar dan piranti star-war Astina sudah amburadul semasa Marsekal Gatotkaca menjabat panglima perang bintang.

SADEWA: O ya, baiklah. C'mon!

Kedua perwira utama dari Divisi Bumiretawu dan Divisi Sawojajar itu cepat kebat menuju Mandraka demi tugas mencari kunci rahasia Biorobotika. Tanpa menguasai kunci rahasia itu mustahil Amarta bisa menaklukan Brigade Biorobotika Candabirawa di bawah komando Panglima Jendral Salya.

Salya taparekayasa
Di Lab Biorobotika


MANDRAKA.--Jendral Salya larut hanyut dalam riset, menyempurnakan eksperimen biorobotika termutakir yang paling akhir. Biorobot Penumpas Pamungkas! Warisan budaya biorobotika dari Prof Dr Bagaspati itu memang luarbiasa. Artificial intelligence, kunci kesuksesan robotika, kini telah dilengkapi dengan artificial intuition kunci kesuksesan biorobotika. Prof Dr Bagaspati telah mewariskan dasar-dasar deformasi silico-logicus menjadi biosilico-logicus. Itulah Biorobotika Candabirawa. Menakjubkan, sekaligus mengerikan! Dan oleh Jendral Salya, Brigade Biorobotika Candabirawa siap dipasok ke neraka Kurusetra.

Begitu riset paripurna, Jendral Salya segera kontak Mabes Bulupitu. Ia kaget-roket karena seluruh saluran informasi terputus. Dengan marah-merah ia membanting videophone. Lalu terburu ia menuruni gedung pencakar langit Lab Biorobotika itu. Begitu menginjak lantai bawah, ia disergap oleh Kapten Nakula dan Letkol Sadewa.

SADEWA: Jangan bergerak! Kita selesaikan masalah perang!

SALYA: Soal perang? Ini bukan tempatnya! Perang soal medan tempur, bukan laborat!

NAKULA: Benar, Jendral, tapi Lab Biorobotika ini jadi sumber malpraktek iptek terdahyat dalam peradaban manusia masadepan ini. Kurusetra bukan lagi arena uji-aji demi kebenaran dan keadilan, namun ajang pemusnahan manusia. Biorobotika menjebak manusia jadi budak dan bidak mangsa ciptaannya. Daripada mampus-pupus dibantai ciptaan, lebih baik mati demi Tuhan!

SALYA: Hmh, lalu apa maumu?

SADEWA: Lihatlah destruction-button ini!

NAKULA: Nah, pilih mati sampyuh, atau serahkan kunci formula rahasia Biorobotika Candabirawa?

SALYA: Licik-picik kau keparat! Kau kira kau mampu menandingi kepakaranku? Hua-ha-ha-ha… ambilah! Nah, sampai jumpa di Kurusetra!

Begitu mendapat kunci rahasia Biorobotika Candabirawa, Kapten Nakula dan Letkol Sadewa sekejap lenyap terlahap gelap. Jendral Salya terbeliak menahan gejolak. Demi meredakan nafsunya, segera ia menuju bar. Dan tak lama ia sudah terkulai lunglai di atas bed Setyawati, mempermainkan bom.

Dalam pelukan wanita
Tumpahlah segalanya

--XXX--
"Lho?"
"O!"

Menjelang fajar, Setyawati tergelepar. Jendral Salya meletakkan sci-fi doll di sisi istrinya, yang bisa berkata, "O Dear, let me go to a biorobotic sci-fi war!" Setelah memotong pakaian malam, segera ia salin busana tempur. Lalu terburu ia menuju Bulupitu.

Beda peristiwa
Tunggal cerita
--F = N2C

LAB BIOART, AMARTA.--Pandawa berhasil mendeformasikan kunci rahasia Biorobotika Candabirawa dalam Lab Bioart, sehingga dari deformasi artificial intuition mahluk biosilico-logicus itu terbentuk tiga formasi baru: biosilico-estheticus, biosilico-ethicus, dan biosilico-mysticus. Dari ketiga formasi itu tercipta biorobot Arsoid, Ethicoid, dan Deusoid: ras biorobot yang memiliki rasio dan rasa. Sungguh luarbiasa! Lab Bioart berhasil memproduksi biorobot jenius yang peka terhadap kebenaran, keindahan, kebaikan, dan kemukzizatan. Jendral Darmakesuma, pakar tapa-rekacipta dalam Lab Bioart itu, segera membawa Deusoid. Mahluk biosilico-deus itu siap menjadi penyelamat umat dalam ajang-perang The Last World War Baratayuda.

DARMAKESUMA: Nah, kukira Deusoid yang mampu menandingi Candabirawa. Bagaimana keadaan Kurusetra?

KRESNA: Gawat, Jendral! Setiap orang bilang, "Brigade Biorobotika Candabirawa bersimaharajalela kian berlipat ganda!" Gitu kan, Jendral Bima?

BIMA: Benar, Jendral! Amarta terpaksa mundur-tempur kerna segala senjata tak mampu melebur-hancur Biorobotika Candabirawa. Daya-bantai mahluk biosilico-logicus itu amat laknat keparat! Sungguh jahanam-kejam!

DARMAKESUMA: Lantas strategi apa yang tepat diperbuat demi keselamatan umat?

KRESNA: Letakkan segala senjata! Dan gunakan pakaian anti-biorobotika.

"Tepat! Senjata = bencana! Apa artinya? Lihat--bumi retak, ozon terkoyak, petaka semesta tersibak!"
Nature + Culture - Nurture = No Future

"O Brahmadharmavisnu!"
"Future is the triad of nature-culture-nurture!"

DARMAKESUMA: Baiklah, back to nurture. Kita musnah-punahkan Biorobotika Candabirawa. Ayo ke Kurusetra!

"Siap laksanakan!"

Perang Biorobotika
Hilang Ras Manusia


KURUSETRA.--Sci-fi war!

"Dur, Cit, Karta--liat HDTV: Biorobotika Candabirawa yang perang, kan kita tinggal ongkang-ongkang. Kurawa jelas menang!"
HDTV: (Nampak--raksasa-raksasa berotak-komputer, bermata-parabola, bertelinga-radar, berambut-laser, bergigi-misil, bertangan-rudal, berjari-nuklir, berbadan-amunisi, berparu-mesiu, berkaki-panser--bergerak mekanis-programis-katastropis!)

"Surrealisme kontemporer!"
"Superrealisme!"

(Duduk Jendral Salya + pemijat + minuman--layar detector--tombol-tombol teleinstructor--peta pembantaian Kurusetra--sinyal--0987654321--)

Faulkner: "When will I be blown up?"
"As it's so!"

(Jendral Salya terlonjak-teriak, "Deusoid?!"--Supersensory + artificial intuition detector: F = N2C--Biorobotika Candabirawa 1/1 raib-ajaib!)

"Adidaya tanpa senjata!"
SALYA: Hmh, keparat! Siapa kau?

DEUSOID: Aku Deusoid.

SALYA: O, my God! Dikaukah Batara Dharma?

Bacon: "Idols of the Mind!"

DEUSOID: O, Salya--kupaslah Idols of the Sign, lepaslah Idols of the Soul. Baru kau tahu aku!

SALYA: Ilmu Kalimasada!

(Darmakesuma datang--Candabirawa hilang--Darmakesuma menang!)

Manusia tuan bagi ciptaan
Bukan budak maupun korban
Bukan Tuhan maupun setan!

"Biorobotika lebur!"
"Salya gugur!"
"Hidup Darmakesuma!"

Kelir putih
Tabir kasih

:--"Nah, itulah kilas-pentas. Ada dan Tiada sama utama. Harap ki dalangmaya, maaflah tentunya--sampai sua!"




Ki Harsono Siswocarito
Semarang, 14-20 Maret 1990